Judo
Sumber:
Wikipedia Bahasa Indonesia, Judo
A.
Apa itu
Judo?
Judo
(bahasa
Jepang: 柔道
) adalah seni bela diri, olahraga, dan filosofi yang
berakar dari Jepang.
Judo dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu. Jujutsu
yang merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong maupun
senjata pendek, dikembangkan menjadi Judo oleh Kano Jigoro
(嘉納治五郎)
pada 1882. Olahraga
ini menjadi model dari seni bela diri Jepang, gendai
budo, dikembangkan dari sekolah (koryu) tua. Pemain judo disebut judoka
atau pejudo. Judo sekarang merupakan sebuah cabang bela diri yang populer,
bahkan telah menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade.
B. Sejarah
Judo
1. Sejarah
Sebelum Judo
Pegulat
sumo zaman dahulu
kala menjatuhkan lawannya tanpa senjata. Hal ini menginspirasikan teknik-teknik
bela diri jujutsu. Sumo pada awalnya hanya dinikmati kaum aristokrat sebagai
ritual atau upacara keagamaan pada zaman Heian (abad ke-8 hingga abad ke-12).
Pada
perkembangannya, Jepang memasuki masa-masa perang di mana kaum aristokrat
digeser kedudukannya oleh kaum militer. Demikian pula olahraga yang sebelumnya
hanya dijadikan hiburan, oleh kaum militer dijadikan untuk latihan para
tentara. Pada masa inilah teknik jujutsu dikembangkan di medan pertempuran.
Para prajurit bertempur tanpa senjata atau dengan senjata pendek. Teknik
menjatuhkan lawan atau melumpuhkan lawan inilah yang dikenal dengan nama
jujutsu.
Pada
zaman Edo (abad ke-17
hingga abad ke-19) di mana keadaan Jepang relatif aman, jujutsu dikembangkan
menjadi seni bela diri untuk melatih tubuh bagi masyarakat kelas ksatria.
Gaya-gaya jujutsu yang berbeda-beda mulai muncul, antara lain Takenouchi,
Susumihozan, Araki, Sekiguchi, Kito, dan Tenjinshin'yo.
2. Sejarah
Awal Mula Judo
Jigoro
Kano menambahkan gayanya sendiri pada banyak cabang jujutsu yang ia pelajari
pada masa itu (termasuk Tenjinshiyo dan Kito). Pada tahun 1882 ia
mendirikan sebuah dojo
di Tokyo yang ia sebut Kodokan Judo. Dojo pertama ini didirikan di kuil Eisho
ji, dengan jumlah murid sembilan orang.
Tujuan
utama jujutsu adalah penguasaan teknik menyerang dan bertahan. Kano
mengadaptasi tujuan ini, tapi lebih mengutamakan sistem pengajaran dan
pembelajaran. Ia mengembangkan tiga target spesifik untuk judo: latihan fisik,
pengembangan mental / roh, dan kompetisi di pertandingan-pertandingan.
3. Perbedaan
Judo dan Jujutsu
Terjemahan
harafiah dari kata 'judo' adalah 'cara yang halus'. 'Cara' atau 'jalan' yang
dimaksud disini memiliki arti konotasi secara etika dan filosofis. Kano
mengungkapkan konsep filosofinya dengan dua frasa, "Seiryoku Zen'yo"
(penggunaan energi secara efisien) dan "Jita Kyoei"
(keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain). Meskipun disebut halus, namun
sebenarnya judo merupakan kombinasi dari teknik-teknik keras dan lembut, maka
dari itu judo dapat pula diartikan sebagai 'cara yang lentur'.
Jujutsu,
pada sisi yang lain, memiliki terjemahan harafiah 'kemampuan yang halus'.
Latihan jujutsu dipusatkan pada cara-cara (Kata)
tertentu dan formal, sedangkan judo menekankan pada latihan bebas teknik
tertentu dalam perkelahian bebas (randori). Hal ini membuat pelatihan
judo berjalan lebih dinamis.
Para
kontestan jujutsu menggunakan seragam yang relatif berat (hakama). Para
praktisi awal judo menggunakan semacam celana pendek, namun tidak lama kemudian
mereka lebih memilih menggunakan busana Barat yang dinilai lebih memiliki
keunggulan fungsi dan mengijinkan pergerakan yang lebih bebas. Seragam modern
judo (judogi) dikembangkan pada tahun 1907.
Teknik-teknik
jujutsu, selain teknik dasar seperti melempar dan menahan, menggunakan pukulan,
tendangan, bahkan menggunakan senjata pendek. Pada sisi lain, judo menghindari
tendangan dan pukulan-pukulan yang berbahaya, dan lebih dipusatkan pada teknik
membanting yang terorganisir dan teknik bertahan.
4. Penggunaan
Akhiran –do dan –jutsu
Banyak
cabang beladiri Jepang yang mempunyai awalan yang sama namun memiliki dua
akhiran '-do' dan '-jutsu'. Bujutsu dan budo serta Kenjutsu dan kendo adalah beberapa
contohnya. Perbedaan dasar dari kedua akhiran ini adalah '-do' berarti 'jalan'
dan '-jutsu' yang artinya 'jurus' atau 'ilmu'. Selain itu dalam bela diri
berakhiran '-do' biasanya lebih banyak peraturan yang tidak memungkinkan
seseorang untuk terluka akibat serangan yang fatal, namun tidak demikian halnya
dengan bela diri yang berakhiran dengan kata '-jutsu', misalnya di dalam kendo,
hanya bagian tangan, perut, kaki, dan bagian bawah dagu yang boleh diserang,
sedangkan kenjutsu membolehkan serangan ke semua bagian tubuh.
Secara
umum, budo ('bu-' artinya prajurit) adalah pengembangan dari bujutsu yang telah
disesuaikan dengan zaman sekarang (untuk olahraga, bukan berkelahi). Beberapa
contoh bujutsu yang dikembangkan menjadi budo:
a. Jujutsu
-> Judo
b. Kenjutsu
-> Kendo
c. Aiki-Jujutsu
-> Aikido
d. Kempo
jutsu -> Kempo Do
e. Karate
jutsu -> Karate Do
f.
Battoujutsu/Iaijutsu -> Battoudo/Iaido
C. Judo
Sebagai Cabang Olahraga
1. Judoka
Perempuan
Kaum
perempuan pertama kali diterima sebagai judoka pada tahun 1893, walaupun pada
saat itu kaum olahragawati dianggap sebelah mata di dalam struktur masyarakat
Jepang. Meskipun demikian, kemajuan yang dramatis ini hanya berlangsung
sebentar, karena pada hakekatnya mereka masih dijauhkan dari
pertandingan-pertandingan resmi, dengan alasan keselamatan fisik.
Setelah
Perang
Dunia II, judo bagi laki-laki dan perempuan diperkenalkan keluar Jepang.
Persatuan Judo Eropa dibentuk pada tahun 1948, diikuti dengan
pembentukan Federasi Internasional Judo pada tahun 1951. Judo menjadi
salah satu cabang olahraga resmi Olimpiade pada Olimpiade Tokyo 1964 di Tokyo, Jepang. Judoka
perempuan pertama kali berlaga di Olimpiade pada Olimpiade Barcelona
1982 di Barcelona,
Spanyol.
2. Tingkatan
Judo dan Warna Ikat Pinggang
Dimulai
dari kelas pemula (shoshinsha) seorang judoka mulai menggunakan ikat
pinggang dan disebut berada di tingkatan kyu kelima. Dari sana, seorang
judoka naik tingkat menjadi kyukyu
pertama. Setelah itu sistem penomoran dibalik menjadi dan pertama (shodan),
kedua, dan seterusnya hingga dan kesepuluh, yang merupakan tingkatan
tertinggi di judo. Meskipun demikian, sang pendiri, Kano Jigoro, mengatakan
bahwa tingkatan judo tidak dibatasi hingga dan kesepuluh, dan hingga
saat ini karena hanya ada 15 orang yang pernah sampai ke tingkat dan
kesepuluh, maka tidak ada yang pernah melampaui tingkat tersebut. keempat, ketiga, kedua, dan akhirnya
Warna
ikat
pinggang menunjukkan tingkatan kyu ataupun dan. Pemula, kyu
kelima dan keempat menggunakan warna putih; kyu ketiga, kedua, dan
pertama menggunakan warna cokelat; warna hitam dipakai oleh judoka yang sudah
mencapai tahapan dan, mulai dari shodan, atau dandan kelima. Judoka dengan tingkatan dan keenam hingga dan
kesembilan menggunakan ikat pinggang kotak-kotak bewarna merah dan putih,
walaupun kadang-kadang juga menggunakan warna hitam. Tingkatan teratas, dan
kesepuluh, menggunakan ikat-pinggang merah-putih atau merah. Judoka perempuan
yang telah mencapai tahap dan keatas memiliki garis putih yang memanjang
di bagian tengah ikat pinggang hitam mereka. pertama,
hingga
3. Lantai
Judo
Pertandingan
judo diselenggarakan di atas karpet atau matras (tatami)
berbentuk segi
empatbelah ketupat) dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang
8 tatami yang dijajarkan. Selain dialasi matras, kebanyakan dojo judo
sekarang menggunakan pegas di bawah lantai palsu, untuk menahan benturan akibat
bantingan. (
Di
awal pertandingan, kedua judoka berdiri di tengah-tengah tepat di belakang
garis sejajar dengan diawasi oleh juri. Sebelum dimulai, kedua judoka tersebut
menunduk memberi hormat satu sama lain dari belakang garis. Di sudut atas dan
bawah belah ketupat duduk dua orang hakim, dan di belakang masing-masing
judoka, di luar arena yang dibatasi matras, duduk judoka-judoka dari regu yang
sama, dan duduk pula seorang pencatat waktu dan seorang pencatat nilai.
Pertandingan
diselenggarakan di dalam arena di dalam matras yang dibatasi oleh (dan termasuk
didalamnya) garis merah (jonai). Luas arena tersebut adalah 9,1 meter
persegi dan terdiri dari 50 tatami. Waza atau teknik judo yang
dipakai di arena diluar garis merah (jogai) tersebut dianggap tidak sah
dan tidak dihitung.
4. Seragam
Judo
Seragam
(gi) longgar yang dikenakan seorang judoka (judogi) harus sesuai
ukurannya.
5. Jaket
Bagian
bawah jaket menutupi pantat ketika ikat pinggang dikenakan. Antara ujung lengan
dengan pergelangan tangan selisih 5-8 cm. Lengan baju panjangnya sedikit
lebihnya dari dua pertiga panjang lengan. Karena jaket ini dirancang untuk
menahan benturan tubuh akibat dibanting ke lantai, maka bahannya umumnya lebih
tebal dari seragam karate
(karategi) atau bela diri yang lain
6. Ikat
Pinggang
Ikat
pinggang harus cukup panjang sehingga menyisakan 20-30 cm menjuntai pada
masing-masing sisi.
7. Celana
Celana
yang dipakai sedikit longgar. Antara ujung celana dengan pergelangan kaki
selisih 5-8 cm. Celana panjangnya sedikit lebihnya dari dua pertiga panjang
kaki.
8. Mengenakan
Seragam
Celana
dikenakan dan tali celana dikencangkan. Jaket kemudian dikenakan dengan sisi
kiri di atas sisi kanan. Kenakan ikat pinggang dengan cara meletakkan
tengah-tengah sabuk di depan perut, kemudian kedua ujung sabuk diputar
melingkar di belakang pinggang kembali ke depan; pegang kedua ujung sabuk, lalu
talikan dengan kedua ujung berakhir secara horisontal. Talikan dengan kencang
sehingga tidak lepas pada saat pertandingan.
D. Peraturan
Pertandingan Judo
Pertandingan
judo diadakan antara perorangan dan juga beregu. Beberapa kompetisi membagi
pertandingan menjadi 8 kategori, berdasarkan berat tubuh. Kompetisi lain
membagi pertandingan berdasarkan tingkatan dan, umur, dan lain-lain. Ada
juga yang tidak mengenal pembagian apapun.
Satu
pertandingan judo berlangsung selama 3-20 menit. Pemenang ditentukan dengan
jalan judoka pertama yang meraih satu angka, baik dengan bantingan maupun
kuncian. Jika setelah waktu yang ditentukan tidak ada pemain yang memperoleh
satu angka, pemain dengan nilai lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir
seri.
Judo,
sebagaimana olahraga lain dari Jepang, diselenggarakan dengan penuh tata krama.
Kedua judoka membungkuk memberi hormat satu sama lain pada awal dan akhir
pertandingan.
1. Awal
Pertandingan Judo
Judoka
menghadap satu sama lain, meluruskan telapak kaki mereka di belakang garis
masing-masing di tengah-tengah arena dan berdiri tegak lurus. Lalu mereka
saling membungkuk pada saat yang sama. Kemudian mereka maju satu langkah,
diawali dengan kaki kiri, dan berdiri dengan posisi kuda-kuda alami (shizen
hon tai). Sang juri atau wasit lalu berkata "Mulai" (Hajime)
dan pertandingan pun dimulai.
2. Akhir
Pertandingan Judo
Kedua
judoka kembali dalam posisi kuda-kuda alami dan menghadap satu sama lain satu
langkah di depan garis mereka masing-masing. Juri kemudian mengumumkan hasil
pertandingan, dan kedua kontestan mundur selangkah ke belakang garis dimulai
dengan kaki kanan. Mereka lalu membungkuk lagi dan keluar dari arena.
3. Sistem
Penilaian
a. Satu
angka (ippon) dapat diperoleh dengan jalan:
1. Bantingan
(nage waza): Jika judoka dapat mengungguli teknik lawan dengan
membantingnya dengan tenaga dan kecepatan dengan punggung membentur lantai
terlebih dahulu.
2. Kuncian
(katame waza): Jika judoka berhasil mengunci lawan sehingga ia
mengucapkan kata "Aku menyerah!" (maitta), atau menepuk lantai
dua kali dengan tangan atau kaki, pingsan, atau jika kuncian tersebut
berlangsung paling sedikit 30 detik (osae waza) dan diumumkan bahwa
pertandingan berakhir (osae komi)
b. Setengah
angka (waza ari) dapat diperoleh dengan cara:
1. Bantingan:
Jika teknik judoka cukup bagus namun tidak sampai layak untuk menerima angka
penuh.
2. Kuncian:
Jika judoka berhasil mengunci lawannya selama paling tidak 25 detik.
Dua
waza ari berarti satu angka, namun setengah angka saja tidak cukup untuk
menentukan seorang pemenang, maka oleh para perancang pertandingan dibuatlah
sistem angka tambahan.
Tambahan
(yuko dan koka) yang tidak peduli berapapun tidak akan
mengungguli satu 'Setengah-angka', namun dapat menjadi penentu jika masing
masing judoka memperoleh nilai yang sama (1W1Y0K - 1 Waza dan 1 Yuko menang
melawan 1W0Y9K - 1 Waza dan 9 Koka). Angka tambahan ini diperoleh jika teknik
yang diperagakan tidak cukup bagus untuk memperoleh nilai setengah (yuko)
atau tidak cukup bagus untuk memperoleh yuko (koka). Tidak jarang
suatu pertandingan ditentukan dengan banyaknya yuko dan koka yang
diperoleh (karena satu angka otomatis menang dan dua setengah-angka juga
otomatis menang).
Jika
jumlah nilai yang diperoleh kedua judoka sama, maka kadang-kadang suatu
pertandingan menggunakan sistem pemungutan suara antara kedua hakim sudut dan
juri (dengan total tiga suara).
4. Teknik
Terlarang Judo
Teknik-teknik
atau waza yang berbahaya tidak diijinkan penggunaannya. Total teknik
terlarang berjumlah 31 (32 untuk perempuan). Judoka akan dikenai empat
tingkatan sanksi, tergantung seberapa berat pelanggaran yang dilakukan. Untuk
tiap-tiap jenis pelanggaran, pertandingan dihentikan sejenak dan kedua judoka
kembali ke garis masing-masing.
a. Pelanggaran
ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang
tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika
melakukannya untuk kedua kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan
dengan satu koka. Beberapa tindakan yang akan mendapat peringatan:
1. Seorang
judoka kehilangan semangat bertarung dan tidak menyerang selama lebih dari 30
detik
2. Melepas
ikat pinggang lawan atau ikat pinggang sendiri tanpa izin dari juri
3. Melilit
tangan lawan dengan ujung ikat pinggang (atau ujung baju)
4. Memelintir
atau berpegang pada ujung lengan baju maupun celana lawan
5. Memasukkan
bagian seragam lawan manapun ke dalam mulut (menggigit seragam lawan)
6. Menyentuh
wajah lawan dengan bagian tangan atau kaki manapun
7. Menarik
rambut lawan
8. Mengunci
telapak tangan lawan dengan telapak tangan sendiri selama lebih dari 6 detik
dalam posisi berdiri
b. Pelanggaran
kecil (chui) adalah peringatan untuk pelanggaran yang lebih berat
dari pelanggaran ringan. Pelanggaran ini memiliki efek negatif sebesar yuko
Beberapa contohnya sebagai berikut:
1. Memasukkan
bagian kaki manapun ke seragam lawan, baik ikat pinggang maupun jaket, selama kuncian
dilakukan lawan
2. Mencoba
mematahkan jari lawan untuk melepaskan genggaman lawan
3. Menendang
tangan lawan dengan kaki atau lutut untuk lepas dari cengkeraman lawan
c. Pelanggaran
berat (keikoku) adalah pelanggaran yang dapat dikenai sanksi dan
teguran keras. Judoka yang melakukan pelanggaran ini akan dikurangi nilainya
sebesar setengah angka. Dua pelanggaran kecil memungkinkan dikenainya sanksi
yang sama. Contoh pelanggaran-pelanggaran berat:
1. Mengunci
lengan lawan (kansetsu waza) di manapun selain di sikut
2. Menarik
lawan yang tergeletak menengadah ke atas di lantai dan kemudian membantingnya
kembali
3. Seorang
judoka melakukan tindakan berbahaya apapun yang bertentangan dengan jiwa judo.
d. Pelanggaran
serius (hansoku make) adalah pelanggaran yang dapat membuat seorang
judoka didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran yang sangat berat sehingga
membahayakan baik lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan (shido)
juga dapat dikenai sanksi ini.
E. Posisi Tubuh dalam Judo
1. Posisi Duduk
a. Duduk
bersila (seiza) Dari posisi berdiri, kaki kiri ditarik ke belakang,
lalu lutut kiri diletakkan ke lantai di tempat di mana jari kaki kiri tadinya
berada. Lakukan hal yang sama dengan kaki kanan, dan kedua kaki pada saat ini
harus bersangga pada jari kaki dan lutut. Kemudian luruskan jari kaki sejajar
dengan lantai dan pantat diletakkan di atas pangkal kaki. Letakkan kedua tangan
di atas paha masing-masing sisi. Untuk berdiri, lakukan prosedur yang sama
dengan cara terbalik.
b. Memberi
hormat (zarei) Dengan bersila, bungkukkan badan ke depan sampai
kedua telapak tangan menyentuh lantai dengan jari tangan menghadap ke depan.
Diam dalam posisi ini selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi bersila.
2. Posisi Berdiri
a. Memberi
hormat (ritsurei) Berdiri dengan kedua pangkal kaki didekatkan,
bungkukkan badan ke depan sekitar 30 derajat dengan telapak tangan di depan
paha. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi
berdiri.
b. Posisi
alami (shizen tai) Kaki dibuka sekitar 30 cm dalam posisi natural
dengan berat badan yang dibagi sama rata di kedua kaki. Istirahatkan otot bahu
dan tangan. Ini adalah postur dasar dan alami judo.
c. Posisi
bertahan (jigo tai) Dari posisi alami, kaki dibuka lebih lebar,
lutut ditekuk agar pusat gravitasi tubuh lebih turun.
d. Melangkah
(suri ashi) Cara berjalan di dalam judo dengan cara telapak kaki
menyusuri lantai untuk menjaga kestabilan. Pastikan langkahnya sama rata dan
pusat gravitasi tetap di posisi yang sama agar dapat bergerak lincah ke segala
arah.
1. Kanan-kiri
(ayumi ashi): Seperti berjalan biasa, telapak kaki melewati satu sama
lain ketika berjalan
2. Kanan-kanan
(tsugi ashi): Setelah kaki pertama maju, kaki kedua yang maju tidak
melebihi posisi kaki pertama
3. Posisi Jatuh dan Berguling
Menguasai posisi ini
memungkinkan untuk melindungi diri sendiri ketika dijatuhkan atau dibanting
lawan dan mengurangi ketakutan ketika dilempar oleh lawan.
a. Jatuh
ke belakang (ushiro ukemi) Kaki disatukan dan tangan juga disatukan,
jatuhkan punggung ke matras dengan tangan lurus di samping tubuh dan telapak
tangan menyentuh lantai untuk menahan jatuh. Lindungi bagian belakang kepala
dengan menyentuhkan dagu ke tubuh.
b. Jatuh
ke samping (yoko ukemi) Dari posisi berdiri, jatuhkan diri ke
belakang, angkat kedua kaki satu persatu, kemudian angkat kedua tangan di depan
tubuh. Berguling ke kanan (atau kiri) matras dengan kepala tetap dilindungi
agar tidak menyentuh lantai. Kemudian tahan tubuh dengan tangan dan telapak
tangan kanan (atau kiri).
c. Jatuh
ke depan (mae ukemi) Jatuhkan diri ke depan dengan kedua telapak
tangan di depan muka, sikut ditekuk. Jatuh tertelungkup dengan ditahan oleh
kedua tangan, badan diluruskan, otot perut dikencangkan, dan tahan tubuh dengan
ditahan oleh kedua tangan dan jari kaki (lutut diangkat).
d. Berguling
ke depan (mae mawari ukemi) Berguna pada saat dilemparkan oleh
lawan. Dari posisi berdiri, kaki kanan dimajukan telapak tangan kiri
disentuhkan ke lantai. Bahu kanan kemudian dilemparkan ke depan dengan telapak
tangan menghadap ke belakang, ini dilakukan bersamaan dengan kedua kaki
menjejak lantai dan berguling ke depan. Kedua kaki dan tangan hendaknya
menyentuh lantai secara bersamaan.
F. Teknik
Judo
1. Teknik
bantingan judo (nage waza) dapat dibagi menjadi teknik berdiri (tachi
waza) dan teknik menjatuhkan diri (sutemi waza). Teknik berdiri
dibagi lagi menjadi teknik tangan (te waza), teknik pangkal paha (koshi
waza), dan teknik kaki (ashi waza). Teknik menjatuhkan diri dibagi
lagi menjadi teknik menjatuhkan diri ke belakang (ma sutemi waza) dan
teknik menjatuhkan diri ke samping (yoko sutemi waza)
2. Teknik
kuncian judo (katame waza) dapat dibagi menjadi teknik menahan (osae
waza atau osaekomi waza), teknik jepit (shime waza), dan
teknik sambungan (kansetsu waza)
3. Teknik
menyerang (atemi waza) dengan tendangan atau pukulan bahkan dengan
senjata pisau atau pedang kadang digunakan untuk latihan bagi judoka tingkatan
tinggi, walaupun dalam pertandingan resmi hal tersebut dilarang (demikian pula
pada saat latihan bebas (randori)
a. Teknik
Bantingan (Teknik Berdiri)
1. Sapuan
lutut - hiza guruma
2. Jegal
dari belakang - o soto gari
3. Jegal
dari depan - 'ko uchi gari
4. Sapuan
samping - deashi barai
5. Bantingan
paha - uchi mata
6. Bantingan
pangkal paha memutar - o goshi
7. Bantingan
pangkal paha angkat - surikomi goshi
8. Bantingan
pangkal paha sapuan - harai goshi
9. Lemparan
bahu - seoi nage
10. Menjatuhkan
tubuh - tai otoshi
11. Lemparan
guling belakang - tomoe nage
b. Teknik
Kuncian (Teknik Berbaring)
Teknik
kuncian (katame waza) disebut juga teknik berbaring (ne waza)
karena teknik ini dilakukan ketika seorang judoka atau lawannya berbaring
menghadap ke atas atau ke bawah.
1. Kuncian
pinggang - kesa gatame
2. Kuncian
bahu - kata gatame
3. Kuncian
empat sisi - yoko shiho gatame
4. Kuncian
empat sisi atas - kami shiho gatame
5. Kuncian
belakang - kataha jime
6. Kuncian
kalung - okuri eri jime
7. Kuncian
tangan - ude garami
8. Kuncian
tangan silang - ude hishigi juji gatame
G. Pertolongan Pertama Judo
Seringkali
di dalam pertandingan judo, seorang judoka mengalami asphyxia, di mana judoka
mengalami kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Untuk
itu, judo telah mengembangkan suatu pertolongan pertama untuk mengembalikan
kesadaran mereka yang terkena asphyxia atau aspiksia. Hal ini dapat terjadi
jika kuncian yang dilakukan terlalu kuat sehingga lawan berhenti bernapas
sesaat. Orang tersebut segera memerlukan pertolongan darurat di tempat.
H. Judo
di Indonesia
Judoka
Indonesia bernaung di bawah PJSI (Persatuan Judo Seluruh
Indonesia) yang bernaung di bawah KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Tokoh-tokoh Judo
Indonesia antara lain Ferry Sonneville, pebulutangkis
yang aktif membidani lahirnya PJSI; Perry G. Pantouw, juara
SEA Games 1983; Kresna Bayu, Maya Fransisca, Ira
Purnamasari, Aprilia Marzuki, Peter Taslim, atlet judoka
Indonesia.
Pada
tahun 1970-an dan 1980-an dikenal nama-nama atlet seperti Bambang Prakasa, Ceto
Cosadek, Raymond Rochili dsb. Dibawah kepemimpinan Ir. Soehoed saat itu, Judo
merintis didirikannya training center untuk pelatnas di Ciloto, Puncak, Jawa
Barat. Saat itu di Jakarta sangat berkembang berbagai perguruan Judo, seperti
misalnya Judo Waza di Jakarta Selatan (dipimpin oleh alm. Robert Judono/ Robert
Jung), Perguruan Judo Tiang Bendera di Jakarta Utara, dan sebagainya.
Saat
ini perkembangan Judo di daerah juga mulai pesat. Semisal perdepokan Judo
Mataram Bantul (Wiramataram) dibawah bimbingan Guru Om Tjong (Budy Tanudjaya)
dan dipimpin oleh Dain Santoso meraih 8 emas di kejuaraan Judo daerah DIY.
Sumber:
Wikipedia Bahasa Indonesia, Judo
No comments:
Post a Comment